Kelahiran buah hati tentu menjadi salah satu momentum kebahagiaan yang tidak terhingga bagi semua Pasangan yang menantikan Buah Hati pasca menikah. Bentuk rasa syukur kepada Allah SWT pun senantiasa tercurah tatkala Buah Hati lahir ke Dunia. Biasanya sebagai bentuk rasa Syukur kepada Allah SWT, Ayah&Bunda senantiasa menggelar Aqiqah bukan? Tapi, apakah Ayah&Bunda mengetahui bagaimana sejarah pelaksanaan Aqiqah tersebut?
Dilansir dari laman HaiBunda, Mohammad Irsyad, M.Pd.I, salah satu Pakar Parentung Islami mengatakan bahwa Aqiqah dilakukan sebagai bentuk rasa penghormatan kelahiran bayi ke Dunia serta wujud rasa Syukur Orang Tua, hal ini pun merupakan bentuk perubahan pesta yang biasanya senantiasa dilaksanakan oleh orang-orang Jahiliyah ketika menyambut kelahiran seorang bayi.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Abdullah bin Buraidah pernah menceritakan bahwa:
“Dahulu pada masa Jahiliyah apabila bayi seseorang di antara kami dilahirkan, kami menyembelih kambing dan melumurkam darah kambing itu ke kepala bayinya. Setelah Allah menurunkan agama Islam, maka kami diperintahkan untuk menyembelih kambing dan mencukurnya serta melumurinya dengan minyak zaitun.” (HR Abu Dawud).
Pelaksanaan Aqiqah pun dianjurkan untuk dapat dilaksanakan secepat mungkin, minimal tujuh hari setelah kelahiran Bayi ke Muka bumi ini. Mengapa Aqiqah dianjurkan untuk dapat dilaksanakan secepat mungkin? Karena menurut Ibnu Qayyim, aqiqah memiliki banyak fungsi antara lain merupakan qurban lillah, yaitu qurban yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah, melatih diri bersikap pemurah, dan mengalahkan kekikiran pada manusia.
Wallahu’alam bishawab.