Aqiqah Madinah – Rumah tangga yang bahagia dan penuh cinta, rumah tangga yang Sakinnah, Mawaddah, Warrahmah adalah impian bagi banyak pasangan.
Namun, tahukah Ayah Bunda, untuk menjaga api cinta tetap menyala dalam hubungan, Ayah Bunda pun perlu melakukan ikhtiar, komitmen, untuk menjaganya? Lantas, apa ikhtiar yang dapat Ayah Bunda lakukan agar terus memupuk cinta dalam Rumah Tangga?
Dilansir dari berbagai sumber, inilah beberapa prinsip penting tentang bagaimana memupuk cinta dalam rumah tangga menurut Islam yang perlu Ayah Bunda lakukan, di antaranya:
- Ketakwaan kepada Allah:Ketakwaan adalah dasar yang paling penting dalam rumah tangga Islam. Pasangan suami-istri yang taat kepada Allah SWT dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat.
- Pengertian:Dalam Islam, penting untuk saling memahami. Pasangan harus mampu mendengarkan dan memahami perasaan dan kebutuhan satu sama lain. InsyaAllah ini dapat menciptakan rasa saling percaya dan rasa aman dalam hubungan.
- Keterbukaan dan Komunikasi:Keterbukaan dalam komunikasi adalah kunci untuk mengatasi masalah dan konflik. Suami dan istri harus bisa berbicara tentang perasaan, harapan, dan masalah mereka.
- Kesabaran:Dalam rumah tangga, kesabaran dan kemauan untuk memaafkan adalah sifat yang sangat dihargai dalam Islam. Memaafkan adalah tindakan mulia yang dapat membantu menjaga cinta tetap hidup.
- Hubungan dengan Keluarga dan Masyarakat: Kenapa? Karena Islam menekankan pentingnya hubungan yang baik dengan keluarga dan masyarakat. Menjalin hubungan yang positif dengan keluarga dan masyarakat sekitar, InsyaAllah dapat memperkuat hubungan keluarga loh, Ayah Bunda!
Memupuk cinta dalam rumah tangga menurut Islam adalah tugas yang berkelanjutan. Dengan menjalankan prinsip-prinsip ini, InsyaAllah setiap pasangan dapat mencapai kesuksesan, kedamaian, dan kebahagiaan dalam hubungan.
Cinta yang didasarkan pada iman dan ketakwaan kepada Allah SWT pun InsyaAllah menjadi sumber kekuatan yang tak tergoyahkan dalam rumah tangga.
Wallahu’alam bishawab.
Sumber gambar: Google
Penulis: Nafisah Samratul Fuadiyah