Aqiqah Madinah – Tahukah Bunda? Ibu yang tengah menyusui ternyata masih bisa hamil, loh! Hal ini memang jarang terjadi, tapi meskipun demikian, Bunda juga masih bisa melanjutkan memberikan ASI eksklusif untuk si kecil yang masih belum disapih.

Namun, bunda harus berkonsultasi terlebih dahulu dan dinyatakan sehat oleh dokter. Tak hanya itu saja, Bunda juga harus tetap memperhatikan dan menjaga kondisi Bunda agar tetap prima selama kehamilan sekaligus menyusui, supaya hal tersebut tidak berpengaruh buruk terhadap Bunda dan janin yang dikandung.

Selain itu, masih ada beberapa persyaratan yang harus Bunda penuhi untuk tetap menyusui selama masa kehamilan. Lantas, apa saja persyaratan yang harus dipenuhi?

Kondisi Ibu Hamil yang Boleh Menyusui

Melansir dari laman web prenagen.com yang menerangkan bahwa menyusui saat hamil umumnya dianggap aman dan diperbolehkan dengan syarat dinyatakan sehat oleh dokter. Meskipun demikian, Bunda juga perlu mengetahui bahwa selama menyusui, tubuh secara alami dapat menghasilkan hormon oksitosin yang dapat memicu kontraksi rahim.

Akan tetapi, risiko terjadinya kontraksi rahim yang signifikan dan berbahaya hanya terjadi pada kasus-kasus tertentu, misalnya pada kehamilan yang memiliki risiko tinggi atau ketika bayi dalam posisi sungsang.

Selain itu, jumlah produksi ASI juga akan berkurang seiring bertambahnya usia kehamilan. Karena itu, secara alami anak yang lebih besar akan mengalami penyapihan sebelum adiknya dilahirkan.

Setelah si kecil berusia di atas 6 bulan dan sudah diberikan makanan pendamping ASI (MPASI), Bunda juga tetap bisa memberikan ASI sebagai sumber nutrisi tambahan. Namun, Bunda harus tetap memperhatikan diet sehat dan cukup asupan cairan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh Bunda dan bayi yang dikandung.

Supaya Bunda tetap sehat, Bunda dianjurkan untuk banyak mengonsumsi makanan yang banyak mengandung nutrisi, misalnya sayuran, buah-buahan, biji-bijian, ikan dan daging tanpa lemak. Selain itu, Bunda juga harus memastikan untuk mengonsumsi cukup air untuk mencegah terjadinya dehidrasi serta menjaga produksi ASI yang cukup.

Kondisi Ibu Hamil yang Tidak Dianjurkan Menyusui

  1. Mempunyai riwayat melahirkan prematur, ketika si kecil menyusu, tubuh Bunda akan melepaskan hormon oksitosin yang dapat memicu kontraksi pada rahim. Pada umumnya hal ini tidak berbahaya, tapi pada ibu hamil yang memiliki risiko kelahiran prematur, kontraksi rahim yang terjadi karena menyusui dapat memicu kelahiran secara prematur.
  2. Memiliki kehamilan anak kembar, hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi, seperti persalinan prematur dan preeklampsia. Hal ini dikarenakan oleh produksi hormon oksitosin saat menyusui dapat menimbulkan kontraksi pada rahim dan memicu kelahiran prematur.
  3. Mempunyai riwayat keguguran, menyusui juga dapat merangsang kontraksi pada rahim yang dapat memicu keguguran. Ketika ini terjadi pada trimester awal atau Bunda memiliki riwayat keguguran, hal ini dapat membahayakan janin di dalam kandungan.
  4. Mengalami pendarahan di vagina, hal ini dapat menjadi pertanda ada masalah dengan kehamilan Bunda atau komplikasi akibat infeksi. Menyusui dapat memperburuk kondisi ini, karena dapat merangsang terjadinya kontraksi. Sehingga, dapat menimbulkan pendarahan yang lebih banyak.
  5. Sering mengalami nyeri atau kontraksi rahim, hal ini dapat menandakan adanya masalah pada kehamilan dan jika Bunda menyusui, hal tersebut dapat memperburuk kondisinya.
  6. Berat badan tidak sesuai dengan umur kehamilan, kondisi ini dapat menyebabkan masalah pertumbuhan pada janin. Dan menyusui dapat memperburuk kondisi ini karena membagi asupan nutrisi antara buah hati yang sudah lahir dan janin yang masih berkembang di dalam rahim Bunda.

Jangan lupa untuk selalu memperhatikan tanda-tanda kehamilan saat menyusui ya, Bunda. Dengan mengenali gejalanya, Buna dapat segera mengambil tindakan yang tepat untuk menjaga kesehatan Bunda, si kecil serta janin.

Jika Bunda sedang menyusui dan khawatir tidak bisa membedakan antara tanda kehamilan dan efek dari menyusui, jangan cemas ya, Bunda. Tetap konsultasikan hal tersebut dengan dokter. Semoga bermanfaat!

Sumber gambar: Shutterstock

Penulis: Elis Parwati